Sebagai keturunan Jawa yang baik (baca: Jawa reject), gue dan suami bikin acara turun tanah atau bahasa jawanya tedak siten untuk Eric ketika dia umur 7 bulan.
Kalo kata mbah gugel di Wikipedia artinya:
Tedak siten adalah suatu upacara dalam tradisi budaya Jawa yang dilakukan ketika anak pertama belajar jalan dan dilaksanakan pada usia sekitar tujuh atau delapan bulan. Tahapan dalam upacara tedak siten antara lain adalah:
- Membersihkan kaki
- Injak tanah
- Berjalan melewati tujuh wadah: ono jadah, jenang, karo sing liya
- Tangga tebu wulung
- Kurungan
- Memberikan uang
Secara keseluruhan, upacara ini bermakna untuk mengajarkan konsep kemandirian pada anak.
- Melepas ayam
Buat gue sebenernya konsep dari acara ini lebih ke arah simbolis dan juga untuk melestarikan culture Jawa dari kedua belah pihak keluarga gue dan suami. Kali ini gue gandeng one-stop-shop sanggar jawa yang ngebantuin untuk acara turun tanahnya.
Selain catering makanan, persiapan sangat minim dari sisi gue, karena sanggar sudah akan mempersiapkan semua dari dekor, perlengkapan upacara, tumpeng, MC, sampe juga make-up dan sanggul pada hari H.
Acaranya relatif singkat diawali dengan pengajian dan nasehat (1 jam), kemudian langsung masuk ke upacaranya (15 menit), kemudian makan siang (1 jam-an). Jadi sebenernya acara secara keseluruhan cuman 2-3 jam aja kok.
Tapi dari personal opinion dan experience gue ya, gue saran agar tamu yang diundang dibatasin. Karena jujur kemarin meskipun yang diundang hanya keluarga, memang keluarga besar kita "besar" (banyak) dan kemarin kayanya sih kebanyakan. Anak gue yang super anteng hampir ga pernah nangis itu shock berat ngeliat seluruh keluarga (eyang, bude, pakde, om, tante, sepupu) nyorakin dia mau jalan di upacara adat dan langsung "crack" nangis hebat.
Gue sebagai Ibu juga jadi panik karena ga pernah liat Eric nangis seperti itu sebelumnya. Dan semenjak hari itu gue perhatikan Eric cukup trauma dengan keramaian karena ketika kembali ke daycare minggu depannya, pengasuhnya laporan kalo lagi main dengan temen-temen bayinya disana lalu kalau disorakin "HOREEE..." sambil tepuk tangan, Eric langsung nangis histeris. Padahal biasanya sih ngga. Sempet gue ga percaya masa sih sebegitunya, tapi ternyata pas dicoba di depan gue disorakin (pas sore-sore mau jemput) memang dasyat sekali tangisannya.
Mudah-an ini hanya temporary karena kasihan banget kalo sampe begini terus.
Memang agak dilema sih karena kan acara turun tanah ini sekali seumur hidup dan kebetulan memang Eric itu cucu pertama dan satu-satunya di kedua keluarga gue dan suami, jadi kalo ga ngundang semua keluarga agak susah. Tapi berhubung efek akhirnya seperti ini, gue sepertinya jadi agak regret huhuhu...
S.S
No comments
Post a Comment