Toleransi


Di luar orang-orang yang beruntung mendapatkan beasiswa, banyak orang awam yang beranggapan kuliah di luar negeri itu semata-mata hanya untuk sebatas educational degree untuk bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik in the future maupun investasi jangka panjang (e.g. bergaji dan posisi tinggi, perusahaan terbaik, dll). Adapun yang beranggapan kuliah di luar negeri adalah untuk prestis dan gengsi keluarga karena orangtua dapat menyekolahkan anak-anaknya ke luar negeri dengan biaya pribadi.

Gue jadi inget beberapa tahun yang lalu di kantor ada beberapa teman yang sedang diskusi santai mengenai aspirasi tentang education anak-anaknya dari segi biaya sampe dengan sekolah - sekolah idaman/tujuan yang mereka mau anak-anaknya bersekolah. Kalau ngomongin soal sekolah rasanya ga mungkin kalau topik biaya tidak diikutsertakan dimana dibahas biaya untuk kuliah ke luar negeri jumlahnya berkali-kali lipat dibandingkan dengan kuliah di negeri sendiri.

Disini tiba-tiba ada yang nyeletuk "Ngapain kuliahin anak ke luar negeri mahal-mahal? Mending uangnya dipake buat yang lain. Tuh liat si Sari, kuliah jauh jauh ke Amerika ujung-ujungnya juga sama kaya kita kan?"

Jujur, saat itu juga gue kesel banget. Ngapain juga bawa-bawa nama gue? Tapi lama-lama gue antara ngeh dan ngerasa sedih juga karena gue baru ngerti bahwa pemahaman mereka mengenai kuliah di luar negeri hanya sebatas mata kuliah dan pekerjaan. Perhaps they will never know what they missed out in life...ever.

Let's get things straight.

Bagi gue kuliah di luar negeri itu jauh lebih dari hanya sekedar mata kuliah dan wisuda.

Gue ga pernah realize hal-hal ini ketika gue kuliah di Amerika sana betapa berharganya pengalaman gue bisa tinggal disana. Mungkin karena gue juga masih bocah baru lulus SMA langsung dicemplungin aja tuh kesana tanpa ada banyak pertimbangan.

Anyway, yang ingin gue share disini adalah pengalaman-pengalaman yang gue lewati selama gue tinggal di Amerika di luar dari pelajaran mata kuliah diantara lain:


  • KEMANDIRIAN
  • TOLERANSI
  • BUDGETING
  • TIME MANAGEMENT
  • TIME VALUE
  • DECISION MAKING
  • SURVIVAL SKILL

Dari semua yang gue mention di atas (yang mungkin akan gue bahas satu persatu di post yang berbeda), yang paling ingin gue highlight adalah TOLERANSI. Menurut gue Amerika adalah negara yang punya berbagai macam jenis penduduk ibarat kata "melting pot" atau tumplek blek. Mau cari orang apa aja disana pasti ada. Apalagi kalau ke kota besar seperti NYC, kita masuk ke dalam taksi ga ada satupun driver taksi disana yang beneran orang bule Amerika - kebanyakan dari mereka adalah orang India atau Eithopia. Kalau kita ke nail salon kita akan selalu disambut orang Vietnam, dan kalau kita mau nge-dry clean baju ke londry, kita akan dilayani oleh orang Korea.

Dengan tinggal disana gue terekspos oleh berbagai macam perbedaan dari budaya, ras, bahasa, makanan, kepercayaan dll dimana gue bisa memandang perbedaaan-perbedaan itu sesuatu yang sangat indah.

Disana kita juga menganut Freedom of Speech dimana kita bebas untuk mengungkapkan opini pribadi tanpa mengusik hak orang lain. In addition, kita juga menggandeng konsep "agree to disagree" Kita boleh untuk disagree dengan sesuatu tapi bukan berarti kita harus mengecam dan being dis-respectful ke orang-orang yang kita disagree with. Disagreeing does not mean disrespecting.

Promote what you love and not what you hate. Never ever force your beliefs to someone else.

Setelah 12 tahun tinggal di negeri orang akhirnya gue kembali tinggal ke tanah air dimana dengan pengertian gue: Indonesia yang mempunyai ribuan pulau, ras, budaya, agama dan bahasa harusnya toleransi sudah menjadi bagian dari kehidupan. Ternyata, pada nyatanya gue lihat itu hanya slogan slogan belaka.

Gue ga usah deh komentarin masyarakat yang ga gue kenal, di dalam keluarga aja sifat toleransi aja riweh banget. Seolah-olah semua "way of life" sudah ada pakemnya diiringi kata-kata "seharusnya", "biasanya" dan "normal". Since I spent my adolescents throughout adulthood  yang selalu diantara yang namanya perbedaan, I quickly learn there's no such thing as one definition of "normal". Normalnya gue dan normalnya kamu akan tentu berbeda for the obvious reasons.

Penutup kata, mari kita memulai dari diri sendiri untuk menghargai perbedaan satu sama lain. Berbeda bukan selalu berarti salah. Berbeda bukan selalu berarti lebih baik. Perbedaan itu hal lumrah yang patut untuk dihargai. Be kind to one another dan jangan pernah merasa lebih dari yang lain.

Be blessed.

S.S




No comments

Professional Blog Designs by pipdig